Menghadapi MEA 2016 tak menjadikan
pelaku usaha mikro untuk menutup usahanya. Hal ini justru menjadi kesempatan
mereka untuk bersaing di kancah perdagangan Internasional. Masyarakat Indonesia
sendiri masih meminati produk lokal terutama produk yang dihasilkan oleh pelaku
usaha mikro termasuk saya salah satunya peminat dari produk usaha mikro. Usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) merupakan
salah satu sektor pendukung ekonomi Indonesia bahkan dapat pula dikatakan bahwa
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian
Indonesia. Karena dengan UMKM ini dapat mengurangi angkat pengangguran di
Indonesia. Para pendiri Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tersebar di
berbagai penjuru Indonesia dari Sabang hingga Merauke dan berbagai produk telah
mereka pasarkan mulai di bidang teknologi, agobisnis, fashion, kuliner,
otomotif, hingga pendidikan.
Peran usaha mikro, kecil dan
menengah dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat dari penyedia lapangan kerja
terbesar dimana mengurangi pengangguran yang tidak terserap oleh lapangan
kerja, memberikan sumbangan terhadap ekspor nasional, dan memberikan kontribusi
kegiatan ekonomi di berbagai sektor. Salah satu sektor yang sangat berpengaruh
dalam menunjang perekonomian Indonesia adalah Usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) fashion dan tekstil. UMKM fashion dan tekstil memiliki peran yang sangat
penting dan signifikan dimana sebagian besar pelaku UMKM bergerak di sektor
ini. Cara peningkatan UMKM fashion dan teksil ini dapat dilakukan dengan
klasterisasi. Tahap pertama akan dilakukan dengan pemetaan terhadap pelaku
usaha tersebut dan kemudian diberikan pelatihan, pendampingan, dan pembinaan mengenai
standarisasi, desain, dan promosi sehingga UMKM di sektor ini dapat bersaing
global di pasa MEA.
Menanggapi adanya MEA di tahun ini,
saya sebagai masyarakat Indonesia lebih tertarik pada produk lokal hasil Usaha
Kecil Menengah daripada produk luar negeri yang sebagian besar orang mengatakan
high quality. Produk lokal sendiri
sebenarnya dari segi kualitas tidak kalah dengan produk luar negeri tergantung
dari cara pemakaian atau perlakuan pengguna pada produk tersebut. Saya yang
berprofesi sebagai mahasiswa merasakan betul bagaimana para pelaku usaha mikro
membantu saya. Sebagai contohnya adalah di bidang fashion. Saya lebih suka
membeli pakaian dari para pelaku usaha mikro, selain harganya yang terjangkau
juga model yang menarik dan sesuai. Kalau tentang kualitas, menurut saya juga
tidak kalah dengan kualitas pakaian impor luar negeri. Salah satu UMKM fashion
dan tekstil yang membuat saya sangat bangga adalah penjualan batik. Bagaimana
tidak, batik adalah salah satu ciri khas Indonesia kemudian dipasarkan di pasar
Internasional membuat batik semakin dikenal sebagai salah satu kebudayaan
Indonesia. Batik di Indonesia telah dijadikan pakaian resmi dalam acara
kenegaraan maupun acara tertentu. Sebagai mahasiswa, tentunya harus mampu
memberikan kontribusinya dalam mendukung perekonomian Indonesia salah satunya
adalah membeli produk dalam negeri. Yuk, sobat sekalian Cintai produk dalam negeri!